MUJAHADAH MENYONGSONG BULAN MULIA

Naskah Khutbah
Asdar
13 Feb 2025
MUJAHADAH MENYONGSONG BULAN MULIA

JUMAT, 15 Syakban 1446 H / 14 Februari 2025 M
 Oleh Dr. Muhammad Harsya Bachtiar, Lc., M.A.

Dep. Dakwah DPD Wahdah Islamiyah Makassar

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ،  وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار

أَيُّهَا النَّاسُ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللِه فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah…

Ibarat seorang olahragawan yang menyambut partai final, tentulah ia akan mempersiapkan diri dengan berlatih sebaik mungkin demi meraih hasil yang maksimal di partai tersebut. Begitulah kiranya keadaan kita saat ini, sejatinya kita sedang menyongsong partai final musim kebaikan yaitu bulan suci Ramadhan. Tak terasa saat ini kita telah berada di ambang pintu masuk bulan suci Ramadhan 1446H.

Mempersiapkan diri menyongsong bulan Ramadhan sejatinya merupakan sunnah Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Sebagai contoh, ketika tiba di bulan Sya’ban yang merupakan bulan terakhir sebelum Ramadhan, Nabi Shallallahu alaihi wasallam meningkatkan dan menambah frekuensi ibadah puasanya yang tidak dilakukan di bulan-bulan lainnya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Aisyah r.a:

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Artinya: “Aku tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku juga tidak melihat beliau berpuasa lebih sering kecuali di bulan Sya’ban” (Muttafaq ‘alaihi).

Berkaitan dengan hal ini, Imam Ibnu Rajab mengatakan:

قِيلَ فِي صَوْمِ شَعْبَانَ: إِنَّ صِيَامَهُ كَالتَّمْرِينِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ، لِئَلَّا يَدْخُلَ فِي صَوْمِ رَمَضَانَ عَلَى مَشَقَّةٍ وَكُلْفَةٍ، بَلْ يَكُونَ قَدْ تَمَرَّنَ عَلَى الصِّيَامِ وَاعْتَادَهُ، وَوَجَدَ بِصِيَامِ شَعْبَانَ قَبْلَهُ حَلَاوَةَ الصِّيَامِ وَلَذَّتَهُ، فَيَدْخُلَ فِي صِيَامِ رَمَضَانَ بِقُوَّةٍ وَنَشَاطٍ.

Artinya: “Dikatakan tentang puasa Sya’ban bahwa ia bagaikan latihan menyongsong puasa Ramadhan. Hal ini agar supaya ia tidak memasuki puasa Ramadhan dengan perasaan sulit dan terbebani akan tetapi dia telah berlatih terlebih dahulu dan telah terbiasa lalu kemudian ia telah mendapati dari puasa Sya’ban kenikmatan puasa dan kelezatannya sehingga ia masuk ke puasa Ramadhan dengan penuh kekuatan dan semangat”.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Dari perkataan Imam Ibnu Rajab di atas setidaknya ada satu pelajaran besar yang patut kita petik, yaitu bahwa demi meraih kelezatan ibadah hendaklah dimulai dengan mujahadah/perjuangan. Tanpa mujahadah kelezatan ibadah tidak akan pernah kita raih. Tidakkah kita melihat seorang olahragawan profesional, pada mulanya ia merasa berat dengan latihan yang ia lakukan, seiring berjalannya waktu ia terus berjuang dengan latihannya, hingga kemudian pada satu titik dia akan mendapati dirinya telah menikmati dan merasakan kelezatan dari latihan yang ia lakukan. Maka begitu pula ibadah ini, baik puasa atau lainnya semua akan bisa menikmati dan merasakan kelezatannya apabila telah bermujahadah dan bersungguh-sungguh dalam melakukannya.

Imam Tsabit Albunani rahimahullah mengatakan:

كَابَدْتُ الصَلَاةَ عِشْرِيْنَ سَنَة وَتَنَعَّمْتُ بِهَا عِشْرِيْنَ سَنَة.

Artinya: “Aku berjuang dengan salat 20 tahun lamanya maka aku kemudian menikmatinya 20 tahun lamanya”.

Pernyataan Imam Tsabit Al-Bunani rahimahullah ini menggambarkan perjalanan spiritual seseorang dalam mencapai kekhusyukan dalam ibadah, khususnya salat. Selama dua puluh tahun pertama, ia mengalami kesulitan dan perjuangan dalam menunaikan salat, baik dari segi menjaga konsistensi, menghadirkan hati, maupun mencapai kekhusyukan yang sempurna. Ini menunjukkan bahwa ibadah, terutama salat, bukan sekadar rutinitas, tetapi membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan perjuangan agar bisa dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Proses ini mengajarkan bahwa kesungguhan dalam ibadah sering kali diawali dengan tantangan sebelum akhirnya menjadi kenikmatan yang dirasakan secara mendalam. 

Setelah melalui masa perjuangan tersebut, Imam Tsabit Al-Bunani merasakan perubahan besar dalam hubungannya dengan salat. Ia tidak lagi merasakan salat sebagai beban, melainkan sebagai sumber ketenangan dan kebahagiaan. Dua puluh tahun berikutnya, ia menikmati salat dengan penuh kelezatan ruhani, seakan-akan ia telah mencapai tahap di mana ibadah menjadi kebutuhan dan kebahagiaan batin. Hal ini menjadi pelajaran bagi setiap Muslim bahwa istiqamah dalam ibadah akan membuahkan hasil, yakni kedekatan yang lebih mendalam dengan Allah serta ketenangan jiwa yang hakiki.

Dalam perkataan lain dari salah seorang salaf:

مَا زِلْتُ أَسُوْقُ نَفْسِيْ إِلَى اللهِ وَهِيَ تَبْكِيْ حَتَّى سُقْتُهَا وَهِيَ تَضْحَكُ

Artinya: “Aku masih terus membawa jiwaku kepada Allah sedangkan ia menangis hingga kemudian aku membawanya kepada-Nya sedangkan ia tertawa (bergembira)”.

Demikianlah jamaah sekalian, pada awalnya, jiwa manusia sering kali enggan dan merasa berat dalam menjalankan ketaatan. Ibadah terasa sebagai sesuatu yang membebani, penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Jiwa cenderung mencari kesenangan duniawi dan merasa terpaksa ketika diarahkan kepada jalan kebaikan. Namun, orang yang memiliki tekad kuat tidak menyerah dalam menundukkan hawa nafsunya. Ia terus memaksa dirinya untuk taat, meskipun harus menghadapi kesulitan dan rasa tidak nyaman di awal. 

Seiring berjalannya waktu, setelah melewati fase kesulitan dan keterpaksaan, jiwa mulai merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam ketaatan kepada Allah. Apa yang dahulu terasa berat kini menjadi kenikmatan. Hati yang dulunya menangis karena dipaksa beribadah, kini tertawa karena telah menemukan kebahagiaan sejati dalam kedekatan dengan Allah. Inilah hasil dari kesabaran dan keistiqamahan dalam beribadah—suatu keadaan di mana ketaatan bukan lagi menjadi beban, melainkan menjadi sumber ketenangan dan kegembiraan sejati.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah...

Apa yang ingin kita sampaikan dengan perkataan di atas adalah bahwa mari sejak saat ini mulai bermujahadah dengan ibadah dengan sebaik mungkin sehingga ketika masuk bulan suci Ramadhan nanti insyaAllah kita telah sampai pada titik merasakan nikmatnya dan lezatnya ibadah bukan titik lelahnya dan beratnya ibadah. Orang yang beribadah dengan kenikmatan tentu tidak sama dengan orang yang beribadah dengan kesulitan dan keberatan. Orang yang beribadah dengan kelezatan akan terus ingin menambah ibadahnya sedangkan orang yang lelah dengan ibadahnya dan merasa berat akannya akan terus berkeinginan agar ibadah tersebut cepat berakhir dan selesai. Mudah-mudahan Ramadhan nanti kita akan mendulang pahala sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya disebabkan persiapan maksimal yang telah dilakukan. Amin. InsyaAllah.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيهِمَا مِنَ العِلْمِ وَالْحِكْمَةِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


 

 

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهَا زَادُ المُتَّقِينَ وَعُدَّةُ الصَّالِحِينَ.

Kaum muslimin yang berbahagia!

Sebagai penutup dari khutbah pertama, marilah kita mengingat kembali pentingnya mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan. Seperti yang telah kita bahas, perjuangan dalam ibadah adalah kunci untuk meraih kelezatan dan ketenangan hati dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, hendaknya kita mulai melatih diri sejak sekarang agar ketika Ramadhan tiba, kita telah siap menyambutnya dengan penuh semangat dan kesungguhan. Kita tidak ingin menjadi orang yang merasa berat dan terbebani dalam beribadah, tetapi sebaliknya, kita ingin merasakan kenikmatan dan kelezatan dalam setiap ketaatan kita kepada Allah.

Allah azza wa jalla berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al Ankabut/ 29:69).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيمِ

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada akhirnya." (HR. Al-Bukhari).

Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa bagaimana kita mengakhiri suatu amalan sangatlah penting. Oleh karena itu, marilah kita menjadikan bulan Sya’ban ini sebagai awal dari persiapan terbaik kita agar Ramadhan kita nanti menjadi Ramadhan yang penuh berkah dan amal kita diterima oleh Allah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah...

Marilah kita berdoa agar Allah memberikan kita kekuatan dan taufik untuk terus istiqamah dalam kebaikan, serta menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa merasakan kelezatan dalam ibadah. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat, iman yang kuat, dan kesiapan yang maksimal untuk meraih pahala dan ampunan-Nya.

اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ، وَأَعِنَّا فِيهِ عَلَى الصِّيَامِ وَالقِيَامِ، وَاجْعَلْنَا فِيهِ مِنَ العُتَقَاءِ مِنَ النَّارِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

"Ya Allah, sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan, bantulah kami untuk berpuasa dan menegakkan salat malam di dalamnya, serta jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau bebaskan dari api neraka. Wahai Dzat yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi."

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


Download PDFnya di https://bit.ly/MujahadahMenyongsongBulanMulia

Baca Juga